Voice from Heaven

April 11, 2010

Cinta Ikal Kepada A Ling

Apa Masalah Utama Kandasnya percintaan antara Ikal dengan A Ling??

Pertanyaan itu saya dapat dari salah satu facebooker yang ternyata pencinta Novel dan Film Laskar Pelangi!
pertanyaan yang sudah lama terpendam lama di ingatanku . teringat ketika ikal berjuang keras untuk bisa melihat wajah A Ling, seorang gadis Chinese yang tinggal cukup jauh dari sekolah dan rumah Ikal. Betapa berbunga-bunga hati ikal ketika pertama kali melihat A Ling dengan kukunya yang menurut dia itu adalah kuku terindah yang pernah dia lihat. pertemuan kedua pun tidak kalah membuat Ikal lebih ingin mengenal A Ling lebih dalam. Bahkan di satu kesempatan langka, Ikal bisa berjalan bersama Aling dan merekapun bisa berkenalan lebih dekat lagi.


kembali ke pertanyaan di atas, apa Masalah utama kandasnya percintaan antara Ikal dengan Aling??
dalam dalam akhir cerita Tetralogi ternyata ikal akhirnya bertemu A ling yang ia cari selam belasan tahun cinta pertamanya. A ling meminta kepada ikal untuk menikahinya. ketika ikal membicarakan tentang pernikahannya kepada ayahnya. apa lajur, semua harapan, perjuangan dan kegigihan ikal selam bertahun-tahun mencari A ling, cintanya, juga hampir saja mengobarkan jiwanya ketika harus berhadapan dengan tambaka sang bajak laut paling menakutkan, akhirnya berakhir tragsi dengan sikap ayahnya yang hanya menangis hingga gemetarlah badan ayahnya tersebut. itu pertanda ayahnya tidak setuju bila ikal menikahi A Ling. Cinta dan usaha yang sudah diperjuangkan oleh ikal harus kandas di tangan (kuasa) orang yang sangat ia cintai dan ia hargai yakni ayahnya. Hal ini membutktika bahwa ikal lebih setia kepada ayahnya ketimbang harus merelakan kehilangan ayahnya.

Melihat dari cerita diatas, saya hanya tertawa geli, karena kebanyakan dari yang saya temui di kota saya, orang tua dari pihak "A Ling"-lah yang seharusnya tidak setuju! Ini bukan soal rasis, tetapi dari hampir semua yang saya temui, warga tionghoa menentang pernikahan dengan pribumi. kalaupun ada, itu "MUJIZAT"! apalagi kalau dilihat dari latar belakang seorang Ikal yang hanyalah anak buruh kasar dari perusahaan timah di Belitong.

Kasus yang saya temui pun cukup banyak khususnya di kota Tarakan tempat tinggal saya sekarang. sekali lagi orang pribumi yang berhasil menggaet wanita etnis Tionghoa. mereka akan menyebut itu "MUJIZAT" (kalau tidak percaya, tanyakan saja :) selain karena faktor Ekonomi, faktor yang juga menguatkan adalah mereka ingin mempertahankan "keaslian" etnis mereka dan itu merupakan hal yang normal.

Apapun itu kita harus menghargai mahakarya seorang Andrea Hirata yang novelnya tersebut mampu memperkenalkan kultur budaya tanpa harus ada point diskriminasi rasial didalamnya. dan saya optimis akan banyak lagi muncul tokoh2 pemersatu bangsa yang tidak lagi mementingkan golongannya sendiri tapi mau bekerja sama membangun bangsa Indonesia jauh lebih baik.Amin!

.


1 comments:

Unknown said...

Bukankah A Ling dengan Ikal berbeda agama?

free counters